Minggu, 22 Desember 2013

Kritik Tentang Mall Mandonga Kendari

A.   Pengantar Terhadap Bangunan
Bangunan Mall Mandonga Kendari adalah pusat perbelanjaan yang ada di kota ini, dimana fungsi dan kegunaannya untuk melayani kebutuhan masyarakat dari kalangan atas maupun bawah.
 Bangunan ini berdiri pada tahun 2003 pada pemerintahan bapak Gubernur Ali Mazi, SH, keinginan pemerintah kota kendari mendirikan bangunan ini sebelumnya mendapat kritik pedas dan perlawanan dari warga terutama warga pedagang di daerah Kelurahan mandonga. Tetapi setelah lewat musyawarah mufakat terutama penyelesaian pembebasan lahan warga dan ganti rugi hal ini dapat teratasi.
 Bangunan ini berdiri di daerah Kelurahan Mandonga Jalan Jend. A. Yani Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
Filosofi bangunan ini menganut pola desain kedaerahan yang di tuangkan dalam bentuk desain, filosofi yang diambil adalah filosofi daerah Tolaki. Suku Tolaki adalah suku asli daerah kendari provinsi Sulawesi Tenggara, penerapan terhadap desain dapat dilihat langsung dari entrance bangunan para pengunjung di sambut dengan pintu masuk bangunan yang elegan daerah tolaki serta di dukung gaya langgam yang ada di atas pintu masuk serta daerah utara dan selatan bangunan ini.
Wujud Bangunan Mall Mandonga terbagi atas dua bangunan dimana warga di sajikan pelayanan kebutuhan sandang, pangan dan pakaian di tempat ini. Area depan pada site plan Mall Mandonga adalah pelayanan kebutuhan pakaian sedangkan area Back room adalah pelayanan kebutuhan Masyarakat Kota dalam sandang dan pangan atau yang disebut pasar basah.
B.   Tanggapan Terhadap Arsitektur Bangunan
1.                 Arah Depan Mall Mandonga (Utara)
  •   Tampilan Bangunan Mall Mandonga Kendari mengacu pada arsitektur modern dimana gaya bangunan mengikuti tren tahun ini, penekanan pada style minimalis dan rasionalis sangat mencolok di tampilkan.
  •   Tidak tersedianya Plaza sebagai sarana pendukung sebuah Mall sangat dirasakan dimana plaza adalah wujud hubungan bangunan dan halaman sehingga ruang luar dapat mendukung kokohnya bangunan dan pelayanan ruang luar dapat lebih terlihat. 
  •  Pada Bangunan ini diberi pembatas area, pagar stainless mengelilingi bangunan ini, semestinya dalam bentuk bangunan yang berfungsi melayani kebutuhan masyarakat sebaiknya penggunaan pagar bisa di transformasi kan bentuk yang lebih soft seperti penggunaan tanaman.
  •  Letak bangunan yang tidak mendukung persyaratan kode etik arsitektur, yang harus diterjemahkan dalam wujud desain perbandingan 40 : 60 pengguanaan lahan. Pada bangunan Mall Mandonga mementingkan efektifitas penggunaan area semaksimal mungkin, kemungkinan dalam perencanaan pertimbangan ini berada pada secondline project dimana efek yang ditimbulkan sangat terasa pada saat kita berada langsung di area bangunan Mall Mandonga Kendari bisa kita lihat pada gambar B.1.2, hall ini seharusnya dihindari atau dicari alternatifnya.
  •  Arus lalu lintas depan bangunan kondisi maksimal aktifitas kendaraan terjadi pada pukul 12.00 siang kendaraan terlihat padat merayap, hal ini menjadi salah satu efek yang di timbulkan dari tidak diterapkannya penggunaan perbandingan 40 : 60 diatas yaitu berpengaruh juga pada penampilan dan estetika.
  •  
    2.    Arah Samping Mall mandonga (Timur dan Barat)
    •   Secara visualisasi bangunan ini terlihat melebar dan hampir mengambil semua lahan site plan bangunan, hall ini team perencananya menggunakan garis-garis untuk pendukung bangunan agar terlihat tinggi. Sirip-sirip mengelilingi hampir di semua sudut bangunan ini yang berfungsi sebagai pemecah angin serta pendukung style bangunan modern.
    •   Penggunaan warna sudah memenuhi kriteria bangunan komersil, kekurangannya tidak banyak menggunakan papan reklame.
    •   Perpaduan gaya kotak-kotak dan sepatu kuda gaya klasik terlihat terlalu monoton dan sedikit membosankan ditambah dengan pilar selasar yang menggunakan lingkar lebar. Model ini menjadi poin yang mungkin harus dirubah karena gaya yang ditampilkan akan membuat terhalangnya view dan visualisasi grammer.
    • Area parkir kendaraan pada area bangunan sangat carut marut dan tidak terencana dengan baik, hampir disemua sudut area bangunan dijadikan lahan parkir. Hal ini harus dirubah dengan menggunakan tempat parkir vertikal karena akan merusak view, estetika dan merusak fasilitas pejalan kaki dimana pengunjung akan merasa tidak nyaman, secara tidak langsung akan menjadi penilaian negatif terhadap perkembangan arsitektur dan perkembangan infrastruktur kota. 

       KESIMPULAN
      Arsitektur yang diterapkan menggunakan filosofi dari adat tolaki pada bangunan Mall Mandonga sangatlah menjadi perencanaan yang harus terus menjadi pilihan saat ini dalam menghadapi modernisasi perkembangan Arsitektur serta perencanaan infrastruktur dewasa ini harus juga menjadi perhatian kita karena segi estetika bangunan, kenyamanan yang ada pada fasilitas bangunan dan fasilitas umum adalah menjadi cermin budaya dan image kota yang ramah. Apa yang terjadi dewasa ini terutama infrastrukur kota harus terjadi perubahan yang signifikan karena kemajuan kota bukan hanya dilihat dari aspek pelayanan jasa dan sumber daya manusianya akan tetapi perkembangan infrastruktur dan arsitektur bangunan dapat mendukung perkembangan kota itu sendiri.
      Arsitektur dengan nilai seni yang tinggi dapat menjadi daya tarik dan daya jual untuk menarik investasi dan pariwisata, bukan hanya itu hall ini dapat menjadi kepuasan emosional bagi seorang arsitek maupun masyarakat kota kendari, perhatian yang baik terhadap infrastruktur dan peningkatan ide desain arsitektural menjadi total point dalam kondisi kota kendari yang sedang melangkah menuju perkembangan zaman saat kini dan mendatang.